TRADISI
PESTA BARATAN DI KALINYAMATAN JEPARA
Mini Riset
Untuk
Memenuhi Persyaratan
Mencapai Tugas
Akhir Semester IV
Pada Mata Islam
dan Budaya Jawa
Jurusan
Pendidikan Matematika
Oleh:
Siti
Mukholifatul Umroh
133511048
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
Kota ukir Jepara merupakan salah satu daerah yang
mempunyai tradisi daerah yang beraneka ragam, seperti lomban, ulo-ulo manding,
perang obor, bahkan pesta baratan, dan lain sebagainya. Salah satunya
adalah pesta baratan yang merupakan tradisi khas kecamatan Kalinyamat
yang mana itu adalah salah satu tradisi karnaval masyarakat Jepara yang erat kaitannya dengan Ratu
Kalinyamat.
Tradisi yang selalu dilaksanakan pada pertengahan
bulan sya’ban menjelang puasa ini, dilakukan masyarakat jepara dengan ritual
sederhana yang berlangsung di desa Kriyan kecamatan Kalinyamatan Jepara.
Tradisi ini cukup unik sebab dalam pelaksanaannya ada kegiatan membaca surat
yasin 3 kali, namun juga ada karnaval Ratu Kalinyamat dan pengawalnya. Uniknya
lagi, ritual tersebut pun hanya berlangsung di kecamatan Kalinyamatan jepara.
Lantas apa hubungan dibalik itu semua?
Oleh karena itu pada penelitian ini penulis akan menjelaskan
mengenai tradisi pesta baratan di Kalinyamatan Jepara.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh
penulis diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam mini riset ini adalah:
1. bagaimana sejarah tradisi pesta baratan?
2. Kapan pelaksanaan tradisi pesta baratan?
3. Bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi pesta baratan?
4. Apa nilai-nilai yang terkandung dari tradisi pesta baratan?
Adapun tujuan mini riset ini adalah
1. Untuk mengetahui sejarah tradisi pesta baratan.
2. Untuk mengetahui waktu pelaksanaan tradisi pesta baratan.
3. Untuk mengetahui cara pelaksanaan tradisi pesta baratan.
4. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung yang ada pada tradisi pesta baratan.
Sedangkan manfaat mini riset ini dapat penulis
sebutkan sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Manfaat penulisan mini riset ini bagi penulis adalah:
a. Untuk memenuhi tugas akhir semester pada mata kuliah Islam dan Budaya Jawa.
b. Untuk mengenal secara mendalam tentang tradisi kebudayaan daerahnya.
c. Untuk mendapatkan informasi tentang tradisi pesta baratan.
2. Bagi pembaca
Manfaat penulisan mini riset ini bagi pembaca adalah:
a. Untuk membuka wacana kritis pembaca tentang adanya kebudayaan unik yang
bernilai di jepara.
b. Untuk menginformasikan tentang sejarah dan pelaksanaan tradisi pesta baratan
di jepara.
Secara etimologi, kata tradisi berasal dari bahasa latin traditio yang
artinya diteruskan dan berasal dari bahasa Inggris, tradition yang berarti
disampaikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradisi didefinisikan
sebagai "adat kebiasaan turun-temurun (dari leluhur) yang masih dijalankan
dalam masyarakat"; berarti sesuatu yang ditransmisikan turun temurun
adalah adat kebiasaan.
Sedang para tradisionalis melihat tradisi tidak hanya sebatas adat
kebiasaan yang diwariskan turun menurun. Namun tradisi adalah sesuatu yang
berasal dari langit, ditransmisikan dari Sumber Illahi. Karena itu, tradisi
memiliki cangkupan yang sangat luas, tidak hanya diterapkan dalam ranah
metafisika dan agama saja, melainkan juga terekspresikan dalam berbagai ranah
terapan seperti seni tradisional, sains tradisional dan juga struktur sosial
tradisional. [1]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pesta berarti perjamuan makan
minum dengan bersuka ria dan lain sebagainya.[2]
Sedangkan Ensiklopedia bebas, pesta adalah sebuah acara sosial yang dimaksudkan
terutama sebagai perayaan dan rekreasi. "Pesta" dapat bersifat keagamaan atau berkaitan dengan musim,
atau, pada tingkat yang lebih terbatas, berkaitan dengan acara-acara pribadi
dan keluarga untuk memperingati atau merayakan suatu peristiwa khusus dalam kehidupan
yang bersangkutan.[3]
Pesta merupakan suatu pertemuan yang suasananya gembira, diselingi atau
diakhiri dengan makan dan minum bersama. Pesta diadakan untuk memperingati atau
menghormati peristiwa atau kejadian yang bersejarah bagi seseorang, perusahaan
dan negara. Adapun macam-macam pesta antara lain :
a. Pesta biasa
Diselenggarakan tidak dalam keadaan resmi,
sifatnya santai dan penuh kekeluargaan. Tamu yang diundang hanya teman dekat
dan mereka yang masih ada hubungan famili atau keluarga. Contohnya : pesta
ulang tahun, kelahiran, syukuran dan pertunangan.
b. Pesta resmi
Pesta ini bersifat resmi dan sudah
dipersiapkan dalam jangka waktu tertentu dengan matang dan penuh perhitungan.
Beberapa contoh pesta resmi antara lain:
1) Pesta resmi perorangan, misalnya pesta
pernikahan dan pesta pembukaan perusahaan.
2) Pesta resmi kenegaraan, misalnya pesta hari
kemerdekaan 17 Agustus, pesta pelantikan pejabat, pesta menghormati tamu negara
lain atau sahabat.
c. Pesta tak resmi
Diselenggerakan oleh tuan rumah karena
peristiwa yang telah mereka alami dan biasanya peristiwa tersebut telah membuat
mereka bahagia atau senang. Dilaksanakan bersama sahabat, keluarga atau
tetangga. Contohnya pesta selamatan kelahiran atau mitoni, syukuran kenaikan
kelas atau kelulusan.
Pesta dalam kacamata sosial budaya adalah kesempatan untuk berbagai
interaksi sosial, tergantung pada pesertanya dan pemahaman mereka tentang
perilaku yang dianggap layak untuk acara tersebut. Akibatnya, pesta cenderung
memperkuat standar budaya dan/ atau kontra-budaya, meskipun hal ini
kadang-kadang dilakukan dengan sekadar memberikan konteks sosial yang lebih
kurang dapat diterima untuk pelanggaran standar-standar tersebut.
Kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Jepara dapat dikatakan
unik, sebab tatanan sosialnya tidak hanya terdiri dari masyarakat pada umumnya
seperti petani dan nelayan tetapi juga didominasi oleh para perajin dan
pengusaha mebel ukir. Para perajin mebel yang sangat tekun dan semangat ini
menjadikan tradisi ukir di Jepara maju dan berkembang pesat sehingga banyak
menyerap tenaga kerja.
Budaya merantau juga menjadi tradisi para perajin, sehingga akan banyak
dijumpai para perajin mebel asal Jepara yang membuat usahanya di berbagai
daerah di Indonesia. Melalui usaha mebel ukir ini menjadikan kondisi sosial
ekonomi masyarakatnya sangat tinggi dan makmur.
Sedangkan bicara mengenai budaya kota Jepara masih melekat erat unsur
adat-istiadat Jawa, dimana penggunaan bahasa Jawa serta tradisi-tradisi
masyarakat Jawa masih dilestarikan di wilayah ini. Tradisi- tradisi nenek
moyang yang masih bertahan antara lain: tradisi sedekah bumi, sedekah laut
(bagi yang wilayahnya relatif dekat dengan pantai utara Jawa), sesajen untuk
upacara adat, mitoni, menggunakan gemblong/ ketan untuk syarat pinangan, metang
puluh, nyatus, nyewu, dan lain sebagainya. Budaya khas yang unik dari kota ini
adalah tradisi tahunan perang obor, pesta lomban, pesta baratan serta
Jembul Tulakan. Pemerintah kota Jepara juga selalu menjaga adat dan
melestarikannya melalui gelar pentas kethoprak, pameran karya ukir hingga
event-event tahunan lomba mengukir.
Sedangkan Kecamatan Kalinyamatan jika dilihat berdasarkan perkembangan
fisik kotanya menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Tahun 2002 luas lahan
terbangun 44%, kemudian meningkat menjadi 65% pada tahun 2002 Kondisi ini
diperkirakan terus berkembang seiring dengan kecenderungan meningkatnya
aktivitas non pertanian yang lebih besar dari aktivitas pertanian yang mencapai
96,7% pada tahun 2002 Adanya potensi aktivitas industri yang semakin berkembang
pesat dan juga semakin meningkatnya kegiatan perdagangan dan jasa serta
aktivitas yang lain akan berpengaruh terhadap ketersediaan ruang kota yang
terbatas. Penentuan kawasan yang mampu mendukung perkembangan kota ini didasarkan faktor-faktor perkembangan Kota
Kalinyamatan secara fisik. Karena kalinyamatan merupakan kawasan penduduk
produktif.[4]
Potensi Daerah
kecamatan kalinyamatan[5]
1. Industri
Kecamatan
kalinyamatan memliki potensi daerah industri kebanyakan industri ini adalah
industri ke-emasan hal itu sudah sejak dari tahun 70-an.
2. Pertanian
Kecamatan
kalinyamatan memiliki potensi daerah pertanian karena adanya lahan-lahan yang
di tanami padi dan macam-macam sayuran, karena juga tanah kas desa juga ada
sebesar 1.700 Ha yang di tanami tanaman-tanaman, dalam hal pertanian kebanyakan
lahannya di tanami padi karena dekat dengan sungai sehingga memudahkan untuk
mengaliri sawah dengan .
3. Perdagang
Kecamatan
Kalinyamatan juga memiliki potensi di sektor perdangan, banyak masyarakat yang
berpotensi berdagang dari berdagang pakaian, makanan dan buah-buhan, kebanyakan
penduduk pada jualan makanan (gorengan dan lauk pauk), dan lainnya.
Selain memiliki banyak potensi, desa-desa di wilayah Kalinyamatan, umumnya
menjalankan syariah agama secara ketat. Maka tak heran apabila pada saat
maghrib masjid dan mushola yang megah-megah di desa ini selalu penuh. Meski
begitu, ada juga masyarakat yang 'menyeleweng' dengan melakukan perjudian,
minum-minuman keras --terutama bila ada hajatan.
Kondisi budaya dan religius yang jelas terlihat di kecamatan kalinyamatan
ini sangat menunjukan bahwasannya warganya selalu menjunjung tinggi akan
budaya. Selain itu kekentalannya dalam beragama pun sangat kuat. Sehingga bisa
dikatakan msyarakatnya mampu menyeimbangkan
antara berbudaya dan beragama. Sehingga tidak menjadi fanatik pada salah
satunya saja. Inilah budaya yang selalu tercipta di Jepara.
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kualitatif, dimana hasil dari penelitian tersebut adalah berupa kata-kata
tertulis. Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah sosial fenomenologis
yaitu penilaian terhadap situasi dalam Tradisi Pesta Baratan Desa
Kalinyamatan Jepara.
Tempat penelitian yang dimanfaatkan oleh penulis
adalah di UIN Walisongo Semarang dan Desa kalinyamatan Jepara. Adapun waktu penelitian,
penulis melaksanakan penelitiannya mulai tanggal 7 Juni 2015 sampai tanggal 17 Juni
2015 dengan mengambil waktu-waktu sela studinya.
Tradisi pesta baratan merupakan tradisi jepara
yang sangat unik. Kata “baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab,
yaitu “baraah” yang berarti keselamatan atau “barakah” yang
berarti keberkahan.[6]Tradisi tersebut selalu dilestarikan oleh warganya agar tidak punah.
Setelah bercengkerama dengan salah satu warganya, bahwasannya tradisi pesta baratan
merupakan tradisi yang ada bukan tanpa sebab. Walaupun banyak versi mengenai
asal muasal adanya tradisi pesta baratan, namun diyakini bahwa tradisi
pesta baratan merupakan upaya nguri-nguri tradisi leluhur. Selain itu, bertujuan
untuk mempererat ukhuwah Islamiyah dan semangat menatap masa depan menjadi
lebih baik. Selagi tradisi tersebut bernilai positif, maka tak ada salahnya
untuk selalu dilestarikan agar tetap lestari.
Versi sejarah pesta baratan yang pertama
menurut Frida Yoana, diceritakan bahwa pada saat itu, Sultan
Hadirin berperang melawan Aryo Penangsang dan terluka. Kemudian Sang isteri
Nyai Ratu membawanya pulang ke Jepara dengan dikawal prajurit dan
dayang-dayang. Banyak desa di sepanjang jalan yang dilewati rombongan tersebut
diberi nama sesuai peristiwa menjelang wafatnya Sultan Hadirin. Salah satu
contohnya adalah saat rombongan melewati sebuah desa, kemudian tiba-tiba
mendadak tercium bau harum semerbak (gondo) dari jasad Sultan. Sehingga desa
tersebut sekarang kita kenal dengan nama Purwogondo.
Kemudian untuk versi sejarah pesta baratan yang kedua menurut beliau
juga, bahwa konon katanya setelah sultan hadlirin berperang melawan Aryo
Penangsang, Sultan Hadirin tewas dan jenazahnya dibawa pulang oleh isterinya
(Ratu Kalinyamat) pulang ke Jepara. Peristiwa itu berlangsung malam hari,
sehingga masyarakat disepanjang jalan yang ingin menyaksikan dan menyambut
rombongan Ratu Kalinyamat harus membawa alat penerangan berupa obor atau
lampion.
Para tradisionalis melihat tradisi tidak hanya sebatas adat kebiasaan yang
diwariskan turun menurun. Namun tradisi adalah sesuatu yang berasal dari
langit, ditransmisikan dari Sumber Illahi. Karena itu, tradisi memiliki
cangkupan yang sangat luas, tidak hanya diterapkan dalam ranah metafisika dan
agama saja, melainkan juga terekspresikan dalam berbagai ranah terapan seperti
seni tradisional, sains tradisional dan juga struktur sosial tradisional.[7]
Versi sejarah yang ketiga lebih berhubungan dengan agama, beliau mengatakan
bahwa tradisi setiap 15 hari sebelum Ramadhan (Nisfu Sya'ban) selalu di peringati dengan
menyalakan lilin atau obor di depan rumah, dan anak muda membawa obor
mengelilingi kampung, karena dahulu belum ada listrik, dan juga karena Nisfu
Sya'ban merupakan penutupan buku catatan amal umat Islam, maka dengan di
nyalakan obor di depan rumah dan membawa obor keliling kampung harapanya
catatan amal warga sekampung diharapkan terang atau dengan arti lain agar
menjadi baik dan lebih baik.
Tradisi baratan adalah sebuah tradisi arak- arakan yang digelar pada
saat Nisyfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) yang dimulai dari Masjid
Al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan berakhir di pendopo kecamatan
Kalinyamatan. Dalam arak-arakan pesta baratan tersebut ada banyak peran
yang berperan dalam masing-masing formasinya. Menurut wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas.htm, acara baratan tersebut diikuti oleh
seorang yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat, diikuti para dayang, prajurit
dikuti oleh terbangan sholawatan dari daerah sekitar dan anak- anak yang
membawa lampion, obor, maupun tetabohan- tetabohan.
Itulah macam-macam versi sejarah tradisi pesta baratan yang sangat
lestari di Kecamatan Kalinyamatan Jepara hingga kini. Tradisi tersebut sangat
mendapat banyak apresiasi tak hanya dari warganya tapi juga dari warga desa,
kecamatan, kabupaten dan daerah lain. Dan inilah aset Jepara yang benar-benar
harus dilestarikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradisi
didefinisikan sebagai "adat kebiasaan turun-temurun (dari leluhur) yang
masih dijalankan dalam masyarakat"[8],
berarti sesuatu yang ditransmisikan turun temurun adalah adat kebiasaan dan
setiap tradisi pasti mempunyai waktu tertentu untuk melaksanakannya. Pesta baratan
jepara pun merupakan salah satu tradisi jepara, dan juga mempunyai waktu untuk
melaksanakan tradisi tersebut.
Waktu pelaksanaannya berlangsung pada malam hari pada
setiap tahunnya dan diadakan pada tanggal 15 Sya'ban atau pertengahan bulan
sebelum datangnya bulan puasa. Dalam kepercayaan
Islam, tanggal 15 Sya’ban atau yang dikenal sebagai malam nisfu sya'ban,
merupakan malam pelaporan catatan amal perbuatan manusia selama satu tahun.
Oleh karena itu, pada malam itu dianjurkan untuk mengisi dengan banyak doa,
salat sunah awwabin atau salat tasbih. Lalu pembacaan surat yasin, salawatan,
dan doa nisfu sya'ban.
Tradisi pesta baratan adalah sebuah tradisi
arak- arakan yang digelar pada saat Nisyfu Sya’ban. Pada tradisi Jawa, khususnya
di kecamatan Kalinyamatan, perayaan pesta baratan pada malam nisfu
sya’ban dikemas bersamaan dengan karnaval dengan peran ratu kalinyamat dan
rombongannya. Pelaksanaan karnaval pesta baratan biasanya dimulai dari
Masjid Al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan berakhir di pendopo
kecamatan Kalinyamatan. Acara baratan tersebut diikuti oleh seorang yang
berperan sebagai Ratu Kalinyamat, diikuti para dayang, prajurit dikuti oleh
terbangan sholawatan dari daerah sekitar dan anak- anak yang membawa
lampion, obor, maupun tetabohan- tetabohan.
Sebelum dimulainya arak- arakan, peserta karnaval
shalat Maghrib berjamaah, lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3
kali dan ditutup doa yang dipimpin oleh ulama setempat, kemudian diteruskan
dengan banca’an, dengan menyantap bersama makanan khas daerah tersebut
yang berupa makanan puli. Puli merupakan makanan yang terbuat
dari beras. Agar rasanya kenyal beras dicampur dengan bleng. Puli diambil
dari bahasa Arab Afwu lii, yang berarti ‘maafkanlah aku’.
Sehingga diharapkan adanya acara baratan
tersebut dapat memupuk tali silaturohmi diantara warga Kalinyamatan pada
Khususnya dan Jepara pada Umumnya.
Sesuai dengan artinya, Kata “baratan” berasal
dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “baraah” yang berarti keselamatan
atau “barakah” yang berarti keberkahan.[9] Ada juga yang mengartikan baratan berasal dari kata bara’atan
yang berarti lebaran atau melebur. Pelaksanaan pesta baratan itu
merupakan hasil kombinasi tradisi leluhur dengan tradisi Islam yang mana menurut
cerita orang terdahulu mengatakan sebagai simbolisasi peristiwa pembunuhan Sultan
Hadlirin tersebut.
Karena bertepatan pada tanggal 15 Sya’ban, maka
tradisi leluhur itu dikombinasikan dengan tradisi Islam ketika menjumpai malam
nisyfu Sya’ban yaitu menurut KH Muhlisul Hadi, sesepuh Kalinyamatan
menyatakan, hendaknya ketika malam nisyfu Sya’ban tiba, wajib bagi setiap umat Islam
untuk membaca Yasin sebanyak tiga kali dengan tujuan agar para pembacanya
diberikan panjang umur, mendapatkan rizki yang melimpah dan tetap dalam keadaan
Iman Islam hingga akhir hayat.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi pesta
baratan yang merupakan hasil wawancara dengan saudari Nailis Sa’diyah
(mahasiswa Pendidikan Biologi Semester 4) yang merupakan mahasiswa asal
Kalinyamatan jepara, antara lain:
a. Bidang Agama
Tradisi baratan dapat di manfaatkan sebagai
sarana syiar Islam. Karena dalam pelaksanaan tradisi baratan dijalankan
tradisi membaca surat yasin tiga kali agar pembacanya selamat, ditambah
rizkinya dan panjang umur. Dipanjatkan pula doa-doa dan sholat jama’ah, juga
kegiatan lainya yang berhubungan dengan keagamaan Islam, sehingga dapat
miningkatkan ketaqwaan, menambah iman, dan mempererat tali silaturrahim atau
ukhuwah Islamiah. Hal ini tentu membuat semua masyarakan akan merasa tentram,
damai, dan terhindar dari perselisihan antar warga.
b. Bidang Ekonomi
Meningkatkan pendapatan bagi warga yang berdagang
kebutuhan pesta baratan khususnya pada hari pelaksanaan tradisi baratan.
Hal ini dapat di maklumi karena tradisi ini membutuhkan lampion. Selain itu
tradisi ini mendorong masyarakat sekitar keatif untuk membuat berbagai inovasi
bentuk dan ukuran lampion dan menjualnya. Hasil dari penjualan lampion dapat
dapat meningkatkan pendapatan warga kalinyamatan. Selain itu pedagang jenis
lain juga meraup untung berlipat dari hasil biasanya, karena keramaian yang
tercipta dari tradisi baratan ini.
c. Bidang Sosial
Di bidang sosial tradisi baratan juga sangat
berpengaruh, karena dapat menumbuhkan sikap kebersamaan. Juga terjadi interaksi
sosial. Ketika semua masyarakat Kalinyamat dan sekitarnya berkumpul
menjadi satu, mereka merasa kalau yang berkumpul itu adalah kesatuan dari
mereka sehingga menimbulkan rasa persaudaraan, rasa kebersamaan diantara
mereka, juga menumbuhkan rasa perduli dan menghargai terhadap sesamanya. Hal
ini dapat dibuktikan dengan tradisi membuat puli. Mereka membuat puli
( makanan khas Baratan ) dan membagikan ke tetangga, dan orang-orang
yang kurang mampu. Sehingga dengan sendirinya jiwa sosial masyarakat tumbuh
tanpa disadari.
d. Bidang Budaya
Tradisi baratan merupakan tradisi turun temurun
yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kalinyamatan dan
berpengaruh positif. Budaya tersebut dapat lestari karena tradisi baratan
selalu diadakan setiap tahunnya. Kegiatan tersebut sudah diagendakan sehingga
menjadi acara rutin tahunan.
Walaupun ada pendapat dari Pak Ahmad Chusairi yang
mengatakan bahwa tradisi baratan semakin ke depan semakin terkikis, juga
benar adanya. Karena sudah bergesernya format dan formasi tradisi ke yang lebih
modern. Namun sesungguhnya tujuan dari adanya tradisi pesta baratan
adalah agar orang Jepara yang berasal dari beberapa daerah berkumpul untuk
mengikuti arak-arakan ataupun hanya sekedar menonton. Dengan berkumpulnya
tersebut maka mereka dapat menyambung tali silaturohmi dan saling
memaafkan kesalahan masing-masing, sehingga saat Ramadlan tiba dosanya sudah
melebur sehingga hatinya bersih dan ringan serta diberikan kemudahan
menjalankan ibadah Puasa Ramadlon yang suci. Walaupun sudah dirancang
sedemikian modern namun, tujuan utamanya tak luntur sedikitpun. Dan nilai-nilai
yang terkandung pun tak hilang begitu saja.
Pesta baratan merupan tradisi jepara yang
sangatlah unik. tradisi tersebut, berlangsung dan selalu dilaksanakan pada
pertengahan bulan sebelum bulan Ramadhan datang, yaitu tepatnya pada malam nisyfu
sya’ban atau tanggal 15 sya’ban pada setiap tahunnya. Adanya tradisi pesta baratan
dianggap sebagai simbolisasi penghormatan
terhadap Ratu Kalinyamat yang membawa pulang jenazah Sultan Hadlirin.
Pelaksanaan karnaval pesta baratan biasanya
dimulai dari Masjid Al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan berakhir
di pendopo kecamatan Kalinyamatan. Acara baratan tersebut diikuti oleh
seorang yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat, diikuti para dayang, prajurit
dikuti oleh terbangan sholawatan dari daerah sekitar dan anak- anak yang
membawa lampion, obor, maupun tetabohan- tetabohan.
Tradisi pesta baratan merupakan kombinasi dua
tradisi yang terpadu menjadi tradisi yang apik dan bernilai religi yang tinggi,
namun tak hanya dari nilai religinya, namun juga nilai sosial, dan budaya yang
tinggi pula. Adapun tujuan akhir adanya tradisi pesta baratan adalah
agar orang Jepara yang berasal dari beberapa daerah berkumpul untuk mengikuti
arak-arakan ataupun hanya sekedar menonton. Dengan berkumpulnya tersebut maka
mereka dapat menyambung tali silaturohmi dan saling memaafkan kesalahan
masing-masing, sehingga saat Ramadlan tiba dosanya sudah melebur sehingga
hatinya bersih dan ringan serta diberikan kemudahan menjalankan ibadah Puasa
Ramadhan yang suci.
Berdasarkan mini riset ini, ada beberapa saran yang
penulis anggap penting dalam rangka menginformasikan tradisi pesta baratan
desa kalinyamatan jepara ini adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah
Hendaklah pemerintah lebih memperhatikan keberadaan
tradisi agung kota Jepara, yaitu pesta baratan. Akhir-akhir ini baratan
lebih dikesampingkan karena lebih mementingkan Kirab untuk memperingati
Hari Jadi kota jepara. Pesta baratan adalah potensi besar jepara,
seharusnya harus lebih adil dalam memperlakukan semuanya.
2. Masyarakat
Masyarakat perlu mengambil pelajaran mengenai adanya
pesta baratan. Tak perlu bersikap anarkis, terlebih ketika menonton
prosesi pesta baratan. Apalagi melakukan hal negatif pada saat
berdesak-desakan dalam menontonnya. Misal: mencuri, mendorong, dll.
Syukur Alhamdulillah atas segala kenikmatan serta
limpahan rahmat Allah Swt sehingga penyusunan mini riset ini dapat
terselesaikan. Penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis butuhkan demi perbaikan di masa mendatang.
Harapan penulis, semoga penelitian ini membawa manfaat bagi kita semua,
khususnya manfaat untuk kemajuanS Bangsa Indonesia. Amiin yaa robbal ‘aalamiin
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa
Indonesia, edisi ketiga, 1999.
Pigawati, Bitta, Saldy
Ekasila Permana, JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN Jurnal Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro (UNDIP),
Nomor 2 Volume 9 – Juli 2007.
Sudjana, Nana, Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru, 1989.
Sztompka, Piotr. Sosiologi
Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Grup, 2007.
https://arrull.wordpress.com/2010/03/31/baratan/, diakses pada tanggal 10 Juni 2015
http://www.duniapelajar.com/2014/08/17/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli/, diakses pada tanggal 18 Juni
http://id.wikipedia.org/wiki/Tradisi, diakses pada tanggal 10 Juni 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Pesta, diakses pada tanggal 10 Juni 2015
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Peran Ratu kalinyamat
Foto bareng dengan bapak Sobroto (Wakil
Bupati Jepara)
seserahan nasi puli kepada Pak Wakil
Bupati Jepara
Acara karnaval
Nama : Nailis Sa’diyah
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
semester 4 Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang asal Kalinyamatan Jepara
Waktu pelaksanaan : Minggu, 21 Juni 2015 (09:14 WIB)
X : Assalamualaikum mbak Lisa..
Y : Waalaikum salam, mbak umroh...tumben, ada
apa?
X
: Iya mbak lisa,,mau tanya-tanya nih
tentang tradisi Baratan yang ada di jepara
Y : O,,aku tau si mbak, tapi belum terlalu
dalam juga,,
X :
Gak apa-apa mbak, nanti aku juga
akan tanya ke yang lebih tau. Bagaimana sih awal adanya sejarah tradisi baratan
ini?
Y : Jadi seperti ini mbak tradisi Baratan
menurut cerita nenek moyang terdahulu itu, suatu tradisi dimana tradisi ini
untuk memeriyahkan atau menyambut bulan Nisyfu Sya’ban yang yang bertepatan
juga dengan tradisi Baratan yaitu tradisi ini sendiri untuk memeringati
wafatnya sultan handirin yang telah di bunuh oleh arya panangsang dan juga
sebagai penanda hari jadi kota jepara.
X : Kapan dilaksanakanya tradisi Baratan mbak
?
Y :
Pelaksanaannya itu pada tangal 15
Sya’ban menurut kalender Qomariyah, yaitu setengah bulan sebelum bulan Ramadhan
.
X :
Sejak kapan tradisi Bartan
dilaksanakan di desa mbak, mbak?
Y : seingatku, dulu ibuk pernah bilang
tradisi baratan dilaksanakn pada tahun 1900 mbak, udah lama pokoknya, aku lupa
tepatnya kapan. Mungkin juga sebelum itu sudah ada, tapi aku juga belum tau.
X :
Siapa sajakah yang terlibat dalam
tradisi Baratan?
Y :
Semuanya mbak, semua kalangan
masyrakat, gak ada batasan buat siapa-siapa, pokoknya semua boleh hadir dan
menikmatinya.
X :
kayaknya ya mbak, aku kamren baca
artikel tentang baratan, kan ada makanan khasnya tuh, itu apa mbak namanya, dan
untuk apa si, pakai itu segala?
Y :
Ini ni mbakl khasnya disini. Ini
yang paling diminati dan di tunggu-tunggu, ada aneka jenis makanan yang ada
seperti sego puli, apem dan nasi ambengan.
X : Bagaimana keadaan masyarakatnya dan acaranya
saat pelaksanaan tradisi Baratan mbak?
Y : Super wow pokonya mbak, coba non ton tah
mbak, mbak kan juga anak Jepara. Disana tuh ya mbak pada seneng, masyarakat
sangat antusias dan semangat.
X :
hehe, iya deh..insyaallah tahun depan
mbak, oiya bagaimana pendapat masyarakat tentang tradisi Baratan ini mbak?
Y :
Baik mbak tangapannnya, karena memang
ini yang di tunggu-tunggu.
X :
di pesta baratan ada nilai yang
terkandung gak ya mbak? Misalnya nilai sosialnya, budayanya, bahkan nilai
religinya?
Y :
ehh, jangan salah, tentu ada..banyak
banget. Dengerin ya mbak...
1.
Bidang Agama, Tradisi
baratan dapat di manfaatkan sebagai sarana syiar Islam. Karena dalam
pelaksanaan tradisi baratan dijalankan tradisi membaca surat yasin tiga kali
agar pembacanya selamat, ditambah rizkinya dan panjang umur. Dipanjatkan pula
doa-doa dan sholat jama’ah, juga kegiatan lainya yang berhubungan dengan
keagamaan Islam, sehingga dapat miningkatkan ketaqwaan, menambah iman, dan
mempererat tali silaturrahim atau ukhuwah Islamiah
2.
Bidang Ekonomi, Meningkatkan
pendapatan bagi warga yang berdagang kebutuhan pesta baratan khususnya pada
hari pelaksanaan tradisi baratan. Mereka menjadi keatif untuk membuat berbagai
inovasi bentuk dan ukuran lampion dan menjualnya.
3.
Bidang Sosial, tradisi
baratan juga sangat berpengaruh, karena dapat menumbuhkan sikap kebersamaan. Apalagi
ketika membagikan puli ke tetangga, dan orang-orang yang kurang mampu. Tambah
bagus banget ukhuwahnya.
4.
Bidang Budaya, Tradisi
baratan merupakan tradisi turun temurun yang sudah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Kalinyamatan dan berpengaruh positif.
X :
Sangat lengkap ya mbak, tradisi Baratan
ini. Sejarahnya bagus, pelaksanaanya unik, bahkan nilai-nilai yang terkandung
pun sangat-sangat lengkap.
Y :
Betul banget mbak, saya bangga loh jadi
warganya.. ^_^.
X :
Aku juga bangga mbak, walaupun baru
tahu, hehe. Oke deh kalau begitu makasi banyak loh mbak Lisa udah berbagi infonya tentang tradisi Baratan panjang kali
lebar kali tinggi..
Y :
Iya sama-sama mbak.
Sumber gambar dari
JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 9 – Juli 2007, JURNAL
hal: 132
[1]
http://www.duniapelajar.com/2014/08/17/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli/,
diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 6.41 WIB
[2]
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, 1999, hlm. 779.
[3]
http://id.wikipedia.org/wiki/Pesta,
diakses pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 8.20 WIB.
[4] Bitta Pigawati
& Saldy Ekasila Permana, JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume
9 – Juli 2007, Jurnal
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
(UNDIP),
hlm. 123.
[5] http://bimailmupolitik.blogspot.com/2014/01/etnografi-desa-margoyoso-kalinyamatan.html, diakses pada
tanggal 22 juni 2015 pukul 15.05 WIB.
[6]
https://arrull.wordpress.com/2010/03/31/baratan/,
diakses pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 8.30 WIB.
[7]
http://www.duniapelajar.com/2014/08/17/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli/,
diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 6.41 WIB
[8]
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, 1999, hlm. 1013
[9]
https://arrull.wordpress.com/2010/03/31/baratan/,
diakses pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 8.30 WIB.
TRADISI PESTA BARATAN DI KALINYAMATAN JEPARA