Minggu, 21 Juni 2015



LAPORAN KUNJUNGAN RONGGOWARSITO
WAYANG SIMBOL INTERELLASI BUDAYA JAWA DAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, M.Si.




Disusun :
Siti Mukholifatul Umroh          (133511048)




FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015


I.          PENDAHULUAN
Tempat mencari dan menemukan peninggalan masa lalu saat ini lebih banyak melalui museum. Dimana museum merupakan suatu tempat penyimpanan barang-barang kuno dan sejarah masa lalu yang sangat efektif dan efisien. Sama halnya ketika menginginkan mencari tahu tentang kebudayaan yang ada di Indonesia pun bisa dicari melalui museum. Salah satunya adalah museum yang sangat terkenal di Semarang Jawa Tengah. Namanya museum Ronggowarsito. Museum Ronggowarsito merupakan museum terlengkap yang terletak di Semarang yang letaknya sangat strategis, yaitu di jalan Abdurahman Saleh, Semarang Jawa Tengah. Museum Ronggowarsito memiliki 4 gedung pameran utama yaitu gedung A, B, C dan D yang di dalamnya terdapat berbagai benda pameran yang memiliki nilai budaya, sejarah, keagamaan, pembangunan, perjuangan, seni daerah, adat daerah,  dan lain sebagainya.
Sedangkan Islam dan budaya jawa merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan bagi orang jawa islam. Sehingga di UIN Walisongo, kedua hal tersebut dijadikan sebuah mata kuliah guna mengenalkan dan mendidik para mahasiswa jawa yang beragama islam agar mau mengetahui dan mendalami betapa pentingnya bidang budaya jawa dan islam jawa. Ada 5 aspek yang menonjol yang merupakan aspek dari interellasi budaya jawa dan islam, yaitu aspek sastra dan pewayangan, aspek politik, aspek arsitektur, aspek pendidikan dan ekonomi, serta aspek kepercayaan dan ritual.
Guna menyikapi permasalahan seputar budaya jawa dan budaya islam, tentu membutuhkan bukti real yang harus diamati dan dicari tahu seluk beluknya. Tepatnya, pada tanggal 09 Mei 2015 rombongan mahasiswa kelas IBJ PM-13A, PM-13B, PGMI, dan PBI-6A dan PBI-6B UIN Walisongo Semarang melakukan kunjungan studi ke Museum Ronggowarsito. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengetahui berbagai macam kebudayaan  Indonesia khususnya Jawa Tengah serta sebagai salah satu sarana untuk membuka wawasan mahasiswa UIN Walisongo tentang kebudayaan Jawa.
Selain menyajikan tentang kebudayaan daerah Jawa Tengah, Museum Ronggowarsito juga menyajikan tentang keindahan sastra jawa dan pewayangan yang menjadi kekayaan budaya masyarakat jawa. Oleh karena itu saya akan membahas hasil kunjungan saya mengenai budaya jawa dan budaya islam yang terinterelasi, khususnya pada aspek sastra dan pewayangan.

II.          RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana pengertian dan sejarah wayang?
B.  Bagaimana nilai budaya jawa dalam wayang ?
C.  Bagaimana nilai islam dalam wayang  ?

III.          PEMBAHASAN
A.  Pengertian Wayang
Museum Ronggowarsito memiliki 4 gedung pameran utama yaitu gedung A, B, C dan D yang di dalamnya terdapat berbagai benda pameran yang memiliki nilai budaya, sejarah, keagamaan, pembangunan, perjuangan, seni daerah, adat daerah,  dan lain sebagainya. Awal masuk ketika memasuki pintu masuk gedung pameran yaitu di gedung A telah disambut dengan patung Gunungan raksasa (Tetenger Gunungan Blumbangan “Museum Ronggowarsito”) yang mana  gunungan tersebut menjadi bukti telah diresmikannya Museum Reonggowarsito oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 4 Juli 2006 oleh Bapak H. Mardiyanto. Gunungan yang merupakan salah satu perangkat dalam pewayangan, bukanlah hal yang asing ataupun sembarangan yang tak mempunyai makna apapun. Justru gunungan itu menjadi simbol yang melambangkan kehidupan manusia. Dimana semakin tinggi ilmu manusia dan bertambah usia, maka harus semakin mengerucut menuju yang di atas (Tuhan). Tentu pula simbol-simbol yang terdapat dalam gunungan tersebut juga mempunyai arti masing-masing. Hal ini dimaksudkan adanya gunungan di pintu masuk museum ronggowarsito untuk memberi simbol bahwa segala sesuatu itu pasti kembali ke Allah.
(Gambar Tetenger Gununga Blumbangan)
Berbicara tentang gunungan tentu berbicara tentang wayang. Pengertian wayang seperti yang tertempel di dinding gedung B lantai 2 museum Ronggowarsito adalah sebagai berikut:
   

(Gambar Tulisan Wayang Sebagai Kekayaan Bangsa)

“Wayang sebagai karya adi luhung karya nenek moyang bangsa indonesia telah lekat dalam budaya alam pikir serta kehidupan masarakat indonesia. Wayang dalam segala aspeknya telah menjadi tontonan dan sekaligus tuntunan berperilaku individual, soasial, bernegara dan berkeTuhananan. Oleh karena itu, nilai dunia pewayangan telah turut serta berperan membentuk mentalitas bangsa Indonesia yang berkarakter budaya”.
Itulah pengertian wayang. Wayang merupakan aset bangsa yang mengandung nilai budaya dan tinggi dan nilai keagamaan yang tinggi pula. Sehingga tidaklah salah jika sebagai generasi penerus wajib menjaga dan membudayakan kekayaan budaya Indonesia, khususnya wayang sebagai lambang budaya jawa dan sebagai simbol interelasi jawa dan islam.

B.  Nilai Budaya Jawa dalam Wayang
Perjalanan setelah berjumpa dengan gunungan maka kita akan menemukan beragam peninggalan dari berbagai aspek. Mulai dari aspek geografi, aspek sosial, aspek budaya, aspek sejarah, dan lain sebagainya. wayang yang merupakan simbol budaya jawa, ternyata tak hanya satu jenis. Ada banyak sekali ragam wayang di indonesia. Seperti wayang budha, wayang kaper, wayang kulit, wayang warta, wayang sadat, wayang golek, dan lainnya. Tentu saja wayang-wayang tesebut melambangkan makna tersendiri.
Pertunjukan wayang banyak mengandung manfaat bagi kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah karena dapat mengenal salah satu jenis karya seni dan budaya bangsa Indonesia, sebagai salah satu kesenian adiluhung warisan nenek moyang. Tak hanya itu, dalam wayang juga dapat sekaligus diperoleh keindahan seni rupa, seni tatah, seni ukir, seni musik, dan lainnya.
Mengetahui dan memahami seni sastra terutama wayang merupakan hiburan sehat bagi diri manusia. Karena dapat secara langsung mengenal lebih dekat watak dan figur tokoh wayang yang merupakan lambang karakter serta sifat-sifat manusia untuk memahami jati dirinya. Intisari dari alur ceritanya yang bagus, dapat dijadikan untuk membimbing budi pekerti agar selalu berbuat amar ma’ruf nahi munkar.

C.  Nilai Islam dalam Wayang 
Menengok dari asal muasalnya, wayang dibentuk tentu ada maksudnya yaitu seperti wayang yang diciptakan oleh sunan kalijaga, wayang dibuat untuk mengislamkan masyarakat jawa yang masih memeluk agama selain islam. Karena pada saat itu wayang atau lebih dikenal wayang budha adalah hal yang sangat disukai oleh masyarakat, terutama yang beragama budha. Bentuknya memang sama tapi nilai ajarannya berbeda.
Dalam wayang, selain tersimpan nilai moral dan estetika, juga nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Jawa. Melalui wayang, orang memperoleh pandangan baru dan sikap hidup sebagai manusia dalam menentukan kebijakan mengatasi tantangan hidup. Cerita wayang merupakan suatu jenis cerita yang memuat ajaran budi pekerti terutama bidang moral. Wayang adalah gambaran manusia dalam mengembangkan kehidupan dan kebudayaannya. Dengan wayang, ekspresi diri manusia terwujud. Wayang tetap lestari di tengah masyarakat. Sehingga tak perlu dikhawatirkan, karena wayang dengan sendirinya akan tetap lestari dalam konteks budaya sosialnya, di dalam masyarakat.
Nilai, makna dan ajaran wayang bersifat universal, sehingga tak lekang oleh waktu dan masa. Walaupun kadar penilaian dulu dan sekarang relatif, namun nilai-nilai ajaran wayang dalam memaknai kehidupan manusia, tetap berlaku hingga ke masa mendatang. Wayang sejak zaman dahulu, telah menjadi simbol  kebudayaan jawa yang dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan, seperti Hindu, Buddha dan Islam. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya beberapa jenis wayang dan perangkat-perangkatnya seperti gamelan, gunungan, selir, niyaga, sinden, dalang, dan lainnya.
Hal tersebut menunjukan bahwa wayang menjadi simbol penyampaian syiar agama/ pesan moral yang efektif dan menghibur yang digunakan tak hanya oleh walisongo untuk menyebarkan agama islam, melainkan juga oleh umat hindu dan buddha sejak sebelum islam masuk. Kehalusan budi para wali dalam menyebarkan islam, menjadikan masyarakat pada masa itu tidak merasa bahwa mereka sedang diajari ataupun digurui oleh para wali. Karena sistem yang walisongo terapkan adalah hanya melalui membaca syahadat jika ingin menyaksikan. Sehingga  para penontonnya pun menyaksikan dan masuk islam dengan kerelaan hatinya tanpa paksaan.
Berkat bantuan kesenian terutama wayang dalam menyebarkan agama Islam menjadi lebih fleksibel dan lebih mudah dipahami, juga mampu mencakup semua golongan masyarakat yang pada masa Hindu-Buddha tidak tersentuh, sehingga Islam pada masa itu dapat dengan mudah menarik perhatian orang yang mengakibatkan masyarakat berbondong-bondong memeluk Islam.

Hasil Potret Wayang di Museum Ronggowarsito
(Wayang Kulit)
     

(Proses Pembuatan Wayang Kulit)
          
         (Reog)                              (Gunungan Gapuran)                      (Wayang Kaper)
(Wayang Golek)
 
          
(Wayang Warta)                                  (Wayang Budha)
       

(Wayang Isa Al-Masih)                                                      (Wayang Sadat)

(Gamelan)


I    V.   KESIMPULAN
Wayang merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang adiluhung. Wayang sebagaimana yang diketahui tak hanya sebagai simbol kekayaan negeri yang berupa benda saja, namun sebagai benda yang banyak sekali nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai itupun tak hanya nilai seni dan sastranya saja, melainkan ada nilai estetika, etika, filosofi, dan bahkan nilai agama. Sehingga dahulu, walisongo terutama sunan kalijaga menggunakannya sebagai sarana untuk melakukan misi dakwah islam, sehingga mampu menerobos dan merebut masyarakat yang dahulunya beragama hindu-budha, sehingga masuk menjadi pemeluk agama islam. Dari hal itulah, wayang sebagai simbolisasi islam dan jawa yang merupakan dua hal yang tak mudah dipisahkan, dan menjadi sangat penting sebab, jawa punya cara tersendiri untuk mengislamkan masyarakatnya melalui kekayaan budayanya yaitu wayang.

0 komentar:

Posting Komentar