LAPORAN KUNJUNGAN RONGGOWARSITO
WAYANG
SIMBOL INTERELLASI BUDAYA JAWA DAN ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu
: M. Rikza Chamami, M.Si.
Disusun :
Siti Mukholifatul Umroh (133511048)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Tempat mencari dan menemukan peninggalan masa lalu saat ini lebih banyak
melalui museum. Dimana museum merupakan suatu tempat penyimpanan barang-barang
kuno dan sejarah masa lalu yang sangat efektif dan efisien. Sama halnya ketika
menginginkan mencari tahu tentang kebudayaan yang ada di Indonesia pun bisa
dicari melalui museum. Salah satunya adalah museum yang sangat terkenal di
Semarang Jawa Tengah. Namanya museum Ronggowarsito. Museum Ronggowarsito merupakan
museum terlengkap yang terletak di Semarang yang letaknya sangat strategis,
yaitu di jalan Abdurahman Saleh, Semarang Jawa Tengah. Museum Ronggowarsito
memiliki 4 gedung pameran utama yaitu gedung A, B, C dan D yang di dalamnya
terdapat berbagai benda pameran yang memiliki nilai budaya, sejarah, keagamaan,
pembangunan, perjuangan, seni daerah, adat daerah, dan lain sebagainya.
Sedangkan Islam dan budaya jawa merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan bagi orang jawa islam. Sehingga di UIN Walisongo, kedua hal tersebut
dijadikan sebuah mata kuliah guna mengenalkan dan mendidik para mahasiswa jawa
yang beragama islam agar mau mengetahui dan mendalami betapa pentingnya bidang
budaya jawa dan islam jawa. Ada 5 aspek yang menonjol yang merupakan aspek dari
interellasi budaya jawa dan islam, yaitu aspek sastra dan pewayangan, aspek
politik, aspek arsitektur, aspek pendidikan dan ekonomi, serta aspek
kepercayaan dan ritual.
Guna menyikapi permasalahan seputar budaya jawa dan budaya islam, tentu
membutuhkan bukti real yang harus diamati dan dicari tahu seluk beluknya.
Tepatnya, pada tanggal 09 Mei 2015 rombongan mahasiswa kelas IBJ PM-13A, PM-13B,
PGMI, dan PBI-6A dan PBI-6B UIN Walisongo Semarang melakukan kunjungan studi ke
Museum Ronggowarsito. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengetahui
berbagai macam kebudayaan Indonesia khususnya Jawa Tengah serta sebagai
salah satu sarana untuk membuka wawasan mahasiswa UIN Walisongo tentang
kebudayaan Jawa.
Selain menyajikan tentang kebudayaan daerah Jawa Tengah, Museum
Ronggowarsito juga menyajikan tentang keindahan sastra jawa dan pewayangan yang
menjadi kekayaan budaya masyarakat jawa. Oleh karena itu saya akan membahas
hasil kunjungan saya mengenai budaya jawa dan budaya islam yang terinterelasi,
khususnya pada aspek sastra dan pewayangan.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Bagaimana pengertian dan sejarah wayang?
B. Bagaimana nilai budaya jawa dalam wayang ?
C. Bagaimana nilai islam dalam wayang ?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wayang
Museum
Ronggowarsito memiliki 4 gedung pameran utama yaitu gedung A, B, C dan D yang
di dalamnya terdapat
berbagai benda pameran yang memiliki nilai budaya, sejarah, keagamaan, pembangunan,
perjuangan, seni daerah, adat daerah, dan lain sebagainya. Awal masuk ketika memasuki pintu masuk gedung pameran yaitu di gedung A
telah disambut dengan patung Gunungan raksasa (Tetenger Gunungan
Blumbangan “Museum Ronggowarsito”) yang mana
gunungan tersebut menjadi bukti telah diresmikannya Museum
Reonggowarsito oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 4 Juli 2006 oleh Bapak H.
Mardiyanto. Gunungan yang merupakan salah satu perangkat dalam pewayangan,
bukanlah hal yang asing ataupun sembarangan yang tak mempunyai makna apapun.
Justru gunungan itu menjadi simbol yang melambangkan kehidupan manusia.
Dimana semakin tinggi ilmu manusia dan bertambah usia, maka harus semakin
mengerucut menuju yang di atas (Tuhan). Tentu pula simbol-simbol yang
terdapat dalam gunungan tersebut juga mempunyai arti masing-masing. Hal
ini dimaksudkan adanya gunungan di pintu masuk museum ronggowarsito
untuk memberi simbol bahwa segala sesuatu itu pasti kembali ke Allah.
(Gambar
Tetenger Gununga Blumbangan)
Berbicara
tentang gunungan tentu berbicara tentang wayang. Pengertian wayang
seperti yang tertempel di dinding gedung B lantai 2 museum Ronggowarsito adalah
sebagai berikut:
(Gambar
Tulisan Wayang Sebagai Kekayaan Bangsa)
“Wayang sebagai karya adi luhung karya nenek moyang bangsa indonesia telah
lekat dalam budaya alam pikir serta kehidupan masarakat indonesia. Wayang dalam
segala aspeknya telah menjadi tontonan dan sekaligus tuntunan berperilaku
individual, soasial, bernegara dan berkeTuhananan. Oleh karena itu, nilai dunia
pewayangan telah turut serta berperan membentuk mentalitas bangsa Indonesia
yang berkarakter budaya”.
Itulah
pengertian wayang. Wayang merupakan aset bangsa yang mengandung nilai budaya
dan tinggi dan nilai keagamaan yang tinggi pula. Sehingga tidaklah salah jika
sebagai generasi penerus wajib menjaga dan membudayakan kekayaan budaya Indonesia, khususnya wayang sebagai lambang budaya jawa
dan sebagai simbol interelasi jawa dan islam.
B.
Nilai Budaya
Jawa dalam Wayang
Perjalanan setelah berjumpa dengan gunungan maka kita akan menemukan
beragam peninggalan dari berbagai aspek. Mulai dari aspek geografi, aspek
sosial, aspek budaya, aspek sejarah, dan lain sebagainya. wayang yang merupakan
simbol budaya jawa, ternyata tak hanya satu jenis. Ada banyak sekali ragam
wayang di indonesia. Seperti wayang budha, wayang kaper, wayang kulit, wayang
warta, wayang sadat, wayang golek, dan lainnya. Tentu saja wayang-wayang
tesebut melambangkan makna tersendiri.
Pertunjukan wayang banyak mengandung manfaat bagi kehidupan masyarakat.
Salah satunya adalah karena dapat mengenal salah satu jenis karya seni dan
budaya bangsa Indonesia, sebagai salah satu kesenian adiluhung warisan nenek
moyang. Tak hanya itu, dalam wayang juga dapat sekaligus diperoleh keindahan seni
rupa, seni tatah, seni ukir, seni musik, dan lainnya.
Mengetahui dan memahami seni sastra terutama wayang merupakan hiburan sehat
bagi diri manusia. Karena dapat secara langsung mengenal lebih dekat watak dan
figur tokoh wayang yang merupakan lambang karakter serta sifat-sifat manusia
untuk memahami jati dirinya. Intisari dari alur ceritanya yang bagus, dapat dijadikan
untuk membimbing budi pekerti agar selalu berbuat amar ma’ruf nahi munkar.
C.
Nilai Islam dalam
Wayang
Menengok dari asal muasalnya, wayang dibentuk tentu ada maksudnya yaitu
seperti wayang yang diciptakan oleh sunan kalijaga, wayang dibuat untuk
mengislamkan masyarakat jawa yang masih memeluk agama selain islam. Karena pada
saat itu wayang atau lebih dikenal wayang budha adalah hal yang sangat disukai
oleh masyarakat, terutama yang beragama budha. Bentuknya memang sama tapi nilai
ajarannya berbeda.
Dalam wayang, selain tersimpan nilai moral dan estetika, juga
nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Jawa. Melalui
wayang, orang memperoleh pandangan baru dan sikap hidup sebagai manusia dalam
menentukan kebijakan mengatasi tantangan hidup. Cerita wayang merupakan suatu
jenis cerita yang memuat ajaran budi pekerti terutama bidang moral. Wayang
adalah gambaran manusia dalam mengembangkan kehidupan dan kebudayaannya. Dengan
wayang, ekspresi diri manusia terwujud. Wayang tetap lestari di tengah
masyarakat. Sehingga tak perlu dikhawatirkan, karena wayang dengan sendirinya
akan tetap lestari dalam konteks budaya sosialnya, di dalam masyarakat.
Nilai, makna
dan ajaran wayang bersifat universal, sehingga tak lekang oleh waktu dan masa.
Walaupun kadar penilaian
dulu dan sekarang relatif, namun nilai-nilai ajaran wayang dalam memaknai
kehidupan manusia, tetap berlaku hingga ke masa mendatang. Wayang sejak zaman
dahulu, telah menjadi simbol kebudayaan jawa yang dipengaruhi oleh
berbagai kebudayaan, seperti Hindu, Buddha dan Islam. Hal tersebut dapat
dilihat dengan adanya beberapa jenis wayang dan perangkat-perangkatnya seperti gamelan, gunungan, selir, niyaga,
sinden, dalang, dan lainnya.
Hal tersebut menunjukan bahwa wayang menjadi simbol penyampaian syiar
agama/ pesan moral yang efektif dan menghibur yang digunakan tak hanya oleh
walisongo untuk menyebarkan agama islam, melainkan juga oleh umat hindu dan buddha
sejak sebelum islam masuk. Kehalusan budi para wali dalam menyebarkan islam,
menjadikan masyarakat pada masa itu tidak merasa bahwa mereka sedang diajari
ataupun digurui oleh para wali. Karena sistem yang walisongo terapkan adalah
hanya melalui membaca syahadat jika ingin menyaksikan. Sehingga para penontonnya pun menyaksikan dan masuk
islam dengan kerelaan hatinya tanpa paksaan.
Berkat bantuan kesenian terutama wayang dalam menyebarkan agama Islam
menjadi lebih fleksibel dan lebih mudah dipahami, juga mampu mencakup semua
golongan masyarakat yang pada masa Hindu-Buddha tidak tersentuh, sehingga Islam
pada masa itu dapat dengan mudah menarik perhatian orang yang mengakibatkan
masyarakat berbondong-bondong memeluk Islam.
Hasil Potret Wayang di Museum Ronggowarsito
(Wayang
Kulit)
(Proses
Pembuatan Wayang Kulit)
(Reog) (Gunungan
Gapuran) (Wayang
Kaper)
(Wayang
Warta)
(Wayang Budha)
(Wayang
Isa Al-Masih)
(Wayang Sadat)
(Gamelan)
I V.
KESIMPULAN
Wayang merupakan kekayaan budaya
bangsa Indonesia yang adiluhung. Wayang sebagaimana yang diketahui tak hanya
sebagai simbol kekayaan negeri yang berupa benda saja, namun sebagai benda yang
banyak sekali nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai itupun tak hanya
nilai seni dan sastranya saja, melainkan ada nilai estetika, etika, filosofi,
dan bahkan nilai agama. Sehingga dahulu, walisongo terutama sunan kalijaga
menggunakannya sebagai sarana untuk melakukan misi dakwah islam, sehingga mampu
menerobos dan merebut masyarakat yang dahulunya beragama hindu-budha, sehingga
masuk menjadi pemeluk agama islam. Dari hal itulah, wayang sebagai simbolisasi
islam dan jawa yang merupakan dua hal yang tak mudah dipisahkan, dan menjadi
sangat penting sebab, jawa punya cara tersendiri untuk mengislamkan
masyarakatnya melalui kekayaan budayanya yaitu wayang.
LAPORAN KUNJUNGAN RONGGOWARSITO WAYANG SIMBOL INTERELLASI BUDAYA JAWA DAN ISLAM